Konsep sembilan pilar pembangunan pertanian modern.
Pertama, penyediaan alat dan mesin pertanian berserta operatornya agar petani bisa memanfaatkannya secara optimal. Kedua, penyediaan dana penjaminan bagi petani. Ketiga, penyediaan pupuk, benih dan pengendalian hama dan penyakit. Keempat, memperlancar pemasaran.
Kegagalan yang kerap terjadi dalam meningkatkan produksi pertanian adalah pada aspek pemasaran. Sebab itu harus dilakukan sistem mencari pasar terlebih dahulu melalui kontrak penjualan kemudian mengarahkan petani untuk berproduksi.
Langkah kelima, yakni pembangunan jalan pedesaan dan jaringan irigasi. Ini yang kemudian dikenal sebagai infrastruktur agropolitan. Keenam, Posko agropolitan sebagai pusat percontohan yang berperan sebagai pusat layanan penyuluhan dan diseminasi teknologi.
Posko ini ditempatkan pada suatu kawasan strategis dengan hamparan luas sekitar 50 – 100 ha dengan kegiatan utama adalah percontohan teknologi.
Ketujuh, peningkatan SDM pertanian. Kedelapan, peningkatan peran Maize Center sebagai center of exellecence untuk budidaya tanaman dan tempat pelatihan dan percontohan penerapan paket-paket teknologi. Kesembilan, perencanaan dan koordinasi.
“Pertanian harus dibangun secara holisitik. Kita harus membangun semua yang tersedia di kota ke pedesaan. Semua infrastruktur pendukung pembangunan pertanian harus tersedia di pedesaan. Bukan hanya itu, untuk mengurangi urbanisasi, maka semua kemudahan yang ada di perkotaan harus juga tersedia di pedesaan. Fasilitas komunikasi, transportasi, kesehatan, pendidikan, fasilitas pendukung perekonomian/keuangan, dan fasilitas pendukung lainnya harus disediakan,"